SapardiDjoko Damono meninggal dunia hari ini, Minggu (19/7/2020). Sepanjang hidupnya ia dikenal sebagai sastrawan dan penulis buku 'Hujan di Bulan Juni'.
Banyaksisi yang dapat dijadikan bahan kajian dalam novel Hati Suhita karya Khilma Anis ini. Meski berlatar belakang kehidupan darah biru pesantren, namun penulis hanya menceritakan sebagian kecil saja kehidupan pesantren. Bahkan bisa dikatakan bahwa cerita dalam hanya berfokus pada masa l ah to k oh Gus Biru dan Suhita.
Agu2018 - Jun 2022 3 tahun 11 bulan. Jakarta Selatan, Jakarta, Indonesia Resensi Buku, Resensi Novel, Resensi Film, Penyelenggaraan FFI 2015 Resensi Hujan Bulan Juni Majalah AKSI. Yaudah Zone Hipwee. Lihat penerbitan. Proyek Professional YouTuber Apr 2016 Lihat proyek. Globalisasi Si Doel (Dokumenter Film)
RESENSINOVEL MINIATUR CINTA DALAM BOTOL KACA KARYA DIAN ONASIS - Untuk kesekian kalinya, Molzania mereview buku milik penulis Dian Onasis. Sebagai mahasiswa jurusan pariwisata, hal ini menjadi istimewa sebab Deanda tak hanya akan tinggal beberapa bulan di negeri ginseng, melainkan ia juga akan menaiki kapal pesiar bersama mahasiswa lainnya
ANALISISNOVEL HUJAN BULAN JUNI.pdf. Canisius College. EDUCATION 2017SD2020. Canisius College Resensi Novel Edensor.pdf. Canisius College. EDUCATION 2017SD2020.
NovelHujan Bulan Juni ini bercerita tentang Sarwono, dosen Antrologi UI dan dan Pingkan dosen Sastra Jepang UI, yang blasteran Jawa-Menado. Sarwono, seorang Jawa yang memiliki pembawaaan tenang, dan cenderung melankolis membuat Pingkan jatuh hati. Laki-laki ringkih dengan batuk kecilnya itu pun memiliki perasaan yang sama dengan Pingkan.
BacaJuga: Review Novel 5 Cm. Kelebihan Novel Burlian Kelebihan dari novel ini adalah kecerdikan pengarang dalam menggambarkan setiap adegan petualangan Burlian sang anak kaki gunung yang hidup di sebuah keluarga yang sederhana sehingga pembaca seakan terbawa dalam cerita tersebut. Bagaiman polosnya masa kecil yang mengalir seperti air.
KATAPENGANTAR. Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi ringkasan materi dari novel SANG PEMIMPI dan novel HARRY POTTER. Uraian materi yang diberikan mengacu pada tujuan pembelajaran dari standar kompetensi yang berlaku saat ini.
67Vi.
RESENSI NOVEL HUJAN BULAN JUNI RESENSI NOVEL HUJAN BULAN JUNI 1. Identitas novel Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit Juni 2015 ISBN 9786020318431 Tebal 135 halaman Sarwono merupakan dosen muda yang mengajar antropologi UI yang sangat pandai dalam membuat bait puisi. Dia mempunyai hubungan dengan Pingkan yang merupakan dosen muda prodi jepang. Mereka pun bingung entah kapan hubungan tersebut akan berlanjut kepernikahan. Namun mereka masih asyik dengan status pacaran. Banyak lika liku hidup yang dihadapi Sarwono dan Pingkan. Mereka adalah sosok yang berbeda baik kota,suku,budaya bahkan agama. Sarwono orang Solo yang pastinya orang Jawa sedangkan Pingkan adalah campuran antara jawa dan Menado. Ibu pingkan keturunan Jawa namun lahir di Makasar sedangkan Ayahnya berasal dari Menado. Sebenarnya Pingkan dan Sarwono tidak pernah mempermasalahkan perbedaan mereka. Namun perbedaan mereka selalu dipermasalahkan oleh keluarga besar Pingkan yang berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono. Harapan dari salah satu tante Pingkan dia menikah dengan dosen muda yang baru saja menyelesaikan studi MA di Amerika. Namun Pingkan tetap mempertahankan hubungannya dengan Sarwono. Bahkan jika dia menikah, dia akan tinggal di Jakarta bersama Sarwono. Hubungan Pingkan dan Sarwono juga mendapat aral. Ketika Pingkan mendapatkan beasiswa ke Jepang Sarwono merasa kehilangan. Ketakutannya bukan karena akan keraguan atas cinta Pingkan, namun pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Karena ada sontoloyo Katsuo. Ia merupakan dosen dari jepang yang pernah kuliah di UI tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Dan selama di Indonesia Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Sarwono yang dengan kuat menahan diri saat berjauhan dan berkeyakinan bahwa Pingkan tetap setia kepadannya. Disisi lain Sarwono yang bekerja tanpa istirahat bersamaan melawan batuk atas penyakitnya itu. Batuk yang pada akhirnya membuat dia terkapar di rumah sakit. Berita Sarwono sampai kepada Pingkan yang saat itu Pingkan sudah tiba di Jakarta. Kemudian Pingkan segera terbang ke Solo untuk menemui Sarwono. Dari Ibu Sarwono pingkan diberi koran dan dibukannya dilihat terdapat tiga bait sajak pendek disudut halamannya. 3. Kelebihan dan Kelemahan Novel Novel ini memiliki kelebihan antara lain sampul novel yang elegan dan menarik. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa jawa didalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. Adapun kelemahan novel ini antara lain terdapat kata yang sulit dimengerti dan alur ceritannya sulit ditebak. 4. Kesimpulan Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni yang merupakan karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu Sarwono dan Pingkan. Namun hubungan tersebut belum sampai kejenjang pernikahan karena perbedaan mereka terutama dalam hal agama. Postingan populer dari blog ini Kumpulan kata-kata Fiersa Besari Hal baru butuh waktu untuk diterima di masyarakat. Jangankan hal besar. Membiasakan melihat "Hahaha" bergantinya "Wkwkwk" saja butuh waktu. Salah satu tanda sebuah komitmen sudah memasuki tahap yang lebih serius ialah . Bisa kentut dihadapan satu sama lain Beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat do'a. Pada waktunya, dunia hanya perlu tahu kalau kita hebat. Kebabahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain. Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus. Sumber Garis Waktu Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas. Sumber Garis Waktu Aku, biarlah seerti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi. Sampai kau sadar, jika aku hancur... Kau juga. Sumber Garis Waktu RESENSI BUKU BOLA VOLI RESENSI BUKU BOLA VOLI 1. Identitas buku Judul Bola Voli "Bimbingan dan Latihan Bola Voli" Pengarang Bonnie Robison Penerbit Dahara Prize Semarang Dicetak oleh Effhar Offset Semarang Tahun terbit Tahun 1997 ISBN 979-501-062-X 2. Ringkasan Bola Voli merupakan permainan gerak cepat, sebagai acara pertandingan yang memerlukan waktu, tenaga dan tekhnik. Olahraga ini berasal dari Amerika, diperkenalkan pada pesta Olympiade tahun 1964. Akhir-akhir ini semakin populer dan digiatkan di sekolah, perguruan tinggi serta masyarakat. Dapat dimainkan di pantai, tempat-tempat rekreasi dan tempat-tempat lain, sebagai olahraga berkualitas tinggi didalam membentuk jaringan otot tubuh. Bonnie Robison menyajikan dalam buku ini mengenai latihan dasar, taktik dan st
Ditulis oleh Ridea Nataria di untuk program ResensiPilihan di Twitter bukugpu Hujan Bulan Juni adalah buku pertama dari trilogi “Hujan Bulan Juni” yang terinspirasi dari buku kumpulan sajak dengan judul yang sama karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013 silam. Novel ini mengisahkan tentang “hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang.”Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/ dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu// Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/ dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya puisi yang mungkin terdengar tak asing tersebut adalah bagian dari sajak “Aku Ingin” dalam kumpulan sajak Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. 21 tahun berselang sejak salah satu karya paling romantis itu, lahirlah sebuah novel berjudul sama. Satu akar, lain pohon. Itu mungkin perumpamaan yang tepat untuk novel ini, terutama jika menimbang judul dan sampulnya yang penyair sekaligus pengarangnya sendiri, lebih suka menyebutnya sebagai proses perpindahan bentuk yang kreatif. Yang terpenting, beliau juga menegaskan masing-masing sebagai karya yang berdiri sendiri. Faktanya, keduanya memiliki keistimewaan berbeda meski membawa pesan yang sama, yakni cinta yang habis-habisan tapi tidak egois. Cinta yang berusaha memberi dan menyokong, bukan menuntut dan kumpulan sajaknya kerap dipandang kental dengan persoalan sentimental, novel Hujan Bulan Juni mengemas aliran emosi bernama cinta menjadi lebih lugas dan nyata. Larik-larik puisi yang menggetarkan hati itu diramu kembali dalam wujud tali kasih dua anak manusia yang terhalang jarak, suku, dan adalah seorang antropolog, Jawa, dan muslim. Pingkan adalah seorang Jawa-Menado dan penganut Katolik yang menekuni bahasa Jepang. Keduanya saling mengasihi dan mendukung. Kadang dengan ungkapan paling sederhana, lain waktu dengan perasaan yang tumpah ruah. Namun rupanya hubungan itu tidak selalu berjalan mulus. Perbedaan latar belakang suku dan agama antara keduanya yang mulai memicu pertentangan keluarga mereka menjadi akar kebimbangan yang menghinggapi hati kedua sejoli tersebut. Masalah pun semakin pelik ketika tiba saatnya mereka dipisahkan jarak karena Pingkan memperoleh kesempatan belajar di luar dari sekedar kisah romansa kebanyakan, Hujan Bulan Juni secara tidak langsung turut menyoroti dan mengkritik isu diskriminasi dalam masyarakat yang bersumber dari perbedaan suku dan agama. Dalam hal ini, novel tersebut menggarisbawahi tentang stigma kesukuan dan keagamaan yang masih begitu kuat di tengah masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Konflik yang tersirat antara kedua keluarga dalam cerita seolah menegaskan penolakan terhadap kawin campur antara pihak yang berlainan suku dan keyakinan. Sebaliknya, Sapardi mencoba mengajak para pembacanya menyikapi topik serius itu dengan nalar dan kepala dingin, sebagaimana ditunjukkan BatinTerlepas dari segala ekspektasi yang membebaninya, novel Hujan Bulan Juni melenggang di panggung sastra dengan caranya sendiri. Salah satu karakteristik yang membuatnya tampil berbeda dari mayoritas novel kontemporer saat ini adalah penggunaan gaya narasi monolog yang kurang akrab, monolog batin yang juga dikenal sebagai stream of consciousness atau interior monologue merupakan teknik/gaya menulis yang mengusung konsep arus kesadaran di mana para tokoh digambarkan mengungkapkan pikiran dan perasaannya seakan-akan sedang bicara pada dirinya sendiri. Teknik ini mulai dipakai sejak akhir abad ke-19 di antara kalangan sastrawan modern Amerika seperti Henry James, James Joyce, William Faulkner, dan Virginia Woolf. Di tanah air sendiri, salah satu pengarang yang lekat dengan aliran tersebut adalah Putu umum, penggunaan monolog batin dalam sebuah karya sastra mendorong pembaca untuk terus terlibat dalam teks, dan oleh karena itu dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam sekaligus realistis. Melalui kalimat-kalimat panjang, pengarang justru melipat baca memperkecil jarak antara pembacanya dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Di samping itu, monolog batin juga memungkinkan adanya pemahaman yang lebih komprehensif terhadap tokoh, kejadian, dan gagasan dalam suatu cerita, bahkan latar belakang sebuah karya kasus Hujan Bulan Juni, monolog batin yang merangkai keseluruhan cerita bukan semata dimaksudkan untuk menggelitik rasa ingin tahu. Lebih dari itu, monolog batin menjadi alat sang sastrawan untuk tujuan yang serius seperti menyisipkan kritik kondisi sosial hingga yang dianggap sepele seperti memperkuat satu contoh penggunaan monolog batin yang dianggap paling tidak lumrah’ dalam novel ini adalah untuk menggambarkan pikiran dan perasaan yang terus mengalir. Dalam hal ini, sang pengarang ingin pembacanya menikmati imaji dan persepsi dengan seleluasa mungkin. Oleh karena itu, tidak dijumpai tanda baca di antara kalimatnya seperti yang tampak pada halaman 44-45 buku kali ini mereka menyadari bahwa kasih sayang yang mengungguli segalanya menembus apa pun yang tidak bisa dipahami oleh pengertian pinggir jalan tidak akan bisa dicapai tidak bisa dibincangkan dengan teori metode dan pendekatan apa pun…bahwa kasih sayang ternyata tidak pernah menawarkan kesempatan untuk tanya-jawab yang tak berkesudahan bahwa kasih sayang ternyata sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap sebagai satu-satunya harap…Dengan deskripsi yang terkesan acak dan tak beraturan tersebut, Sapardi justru memperkaya definisi kasih sayang dan memberinya bentuk’. Kasih sayang bukan lagi hanya rasa melainkan menjelma sebagai hal yang dapat dilihat, disentuh, didengar bahkan memiliki dimensi dan dapat bergerak. Kasih sayang menjadi sebuah pengalaman naratif yang anonim namun pada saat yang sama, kolektif. Sayangnya, tidak sedikit pembaca yang memandang janggal penggunaan monolog batin seperti ini. Mereka umumnya mudah kehilangan fokus dan perhatian di antara barisan kalimat yang seperti tak berujung sisi lain, Sapardi juga banyak memposisikan monolog batin sebagai medium untuk mengungkapkan watak para tokohnya secara tidak langsung. Gaya monolog yang dipakai tampak cukup bervariasi antar satu tokoh dengan lainnya. Pergumulan pikiran Sarwono, sang tokoh utama, misalnya selalu cenderung jenaka dan itu medium, dan medium itu dukun, bisiknya berulang kali kepada dirinya sendiri sambil batuk kecil, tanpa curiga bahwa ada orang yang menoleh padanya mendengar suara bisikannya dan mungkin menganggap isi otaknya kurang seperempat. Hujan Bulan Juni, Hal. 4Dalam pemahaman yang serupa, monolog batin juga dimanfaatkan untuk menyiratkan isu sosial yang serius. Melalui opini spontan nan santai yang dilontarkan tokoh Sarwono seputar perbedaan suku dan status, SDD dengan piawai menyampaikan kritiknya terhadap konstruksi sosial yang terbentuk di tengah masyarakat tanah air. Meski tidak menyuarakan kritik sosial politiknya dengan lantang seperti sejumlah karya kontemporer lainnya, toh pada akhirnya novel ini tetap berhasil mempertahankan esensinya untuk membawa isu diskriminasi ke pernah bilang dari mana pun asal usul Ibu terserah, bukan masalah, asal tidak dari Neraka.” Toar diam sejenak menahan tawa. Tampaknya. Sarwono berpikir, ternyata yang bisa melucu bukan hanya orang Jawa yang namanya Basiyo. Orang Menado juga bisa. Ia yakin, selama masih bisa melucu orang berhak menjadi anggota masyarakat terhormat yang disebut intelektual – gerombolan orang cerdas. Hujan Bulan Juni, Hal. 18Terakhir, monolog batin juga berperan sebagai benang merah yang merangkai keseluruhan cerita Hujan Bulan Juni. Kendati tampaknya tidak saling terkait, semua narasi dan obrolan acak yang menghiasi monolog dan dialog para tokohnya membawa satu pesan yang sama yakni kasih sayang. Persoalan Jawa, Manado, liyan, legenda Pingkan dan Matindas, Jakarta hingga ronin dan sakura nyatanya hanya sekelumit subyek yang dipakai untuk menegaskan cinta yang habis-habisan’ antara kedua tokoh utama. Bahkan perkara sikap cengeng dan zadul Sarwono, adalah pernyataan tegas dan gamblang Pingkan yang mencintainya secara utuh termasuk kekurangannya’.Kamu ini cengeng, Sar, jualan gombal.” komentar Pingkan ketika pertama kali membaca sajak itu di sebuah majalah yang dipamerkan Sarwono. Tidak ada, rasanya, ucapan yang lebih disyukurinya. Ia suka dianggap cengeng hanya kalau yang mengucapkannya Pingkan, sebab ya memang cengeng-mau apa lagi. Hujan Bulan Juni, Hal. 11Novel Hujan Bulan Juni bukanlah tentang hujan, apalagi bulan Juni. Sebaliknya, novel ini merupakan penerjemahan puisinya yang termashyur. Rekaman wujud dan imaji kasih sayang dengan kepekaan, kepenuhan, dan kesederhanaan, bukan sebatas pepatah jangan nilai buku dari sampulnya, novel Hujan Bulan Juni adalah kasus ideal yang menggambarkan himbauan jangan nilai buku dari judulnya. Adalah kekecewaan besar bahwa sebagian pembaca mengartikan judulnya mentah-mentah dan berujung menyimpulkan buku ini melenceng dari ekspektasi karena tidak ada hujan dan bulan Juni. Agaknya tidak semua pembaca berhasil menangkap benang merah kuat antara novel yang berjudul serupa dengan puisinya yang termashyur. Apa pun pendapat dan penafsiran yang muncul, pada akhirnya sastra adalah perkara yang sangat subjektif, baik pengarang dan kata, buku yang pernah meraih nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa untuk Kategori Prosa ini memang cukup berbeda dari novel pada umumnya. Menghibur dan santai di satu sisi, namun juga menggelitik rasa ingin tahu dan kaya esensi di lain pihak. Puisi yang menjelma menjadi lagu kemudian komik lalu novel dan nantinya film layar itu cinta yang tak hapus oleh hujan tak lekang oleh panas, kata Pingkan kepada dirinya sendiri sambil mengingat-ingat wajah Sarwono ketika melambaikan tangan dari balik klise yang bersikeras untuk menjelma kembali ke habitatnya yang purba sebagai larik puisi. Pingkan selalu menarik napas dalam-dalam setiap kali mengucapkan itu diam-diam sambil menambahkan, Jakarta itu kasih sayang. Hujan Bulan Juni, Hal. 125